Rabu, 30 Mei 2012

I CAN'T FORGET YOU



Ketika kesetiaan cinta dipertanyakan
Ketika nyawa manjadi taruhan
Namun …hanya cinta yang sanggup membuat semuanya mengerti

Hari itu hujan seolah berlomba mengguyur bumi. Dimana-mana terlihat orang-orang mencoba mengeringkan bajunya, walau tau hal itu sia-sia karena hujan turun begitu deras. Di suatu tempat tampak dua orang yang memasang wajah cemberut karena hujan yang mereka tunggu tak kunjung reda, malah semakin deras.
“Fa kok nggak berhenti-henti juga sich ujannya? Apa aku telfon Ibuku aja kali ya?” kata gadis berjilbab di sebelah Shifa
“Yah.. nin, masa kamu tega sich tinggalin aku sendirian disini ujan-ujan kayak gini?” balas Shifa yang masih dengan wajah memelas.
Belum selesai Shifa mengganti wajah murungnya, muncul seorang wanita setengah baya yang baru menghentikan sepeda motornya di depan mereka berdua, yang tak lain wanita itu adalah Ibu Nina. Spontan wajah Shifa kian cemberut melihatnya. Nina yang menyadarinya segera menghampiri Ibunya yang berdiri di dalam hujan.
 “ Bu, Nina barengin temen Nina ya, kasihan nggak ada yang jemput” kata Nina
Ibu Nina pun hanya tersenyum dan memberi isyarat agar segera memangg il Shifa yang seolah tak perduli lagi sama mereka.
“Fa bareng yuk, tadi Ibu aku sengaja jemput tapi aku tadi nggak jadi telfon kok, suer dech!” seru Nina dengan penuh semangat. Jari telunjuknya dan tengahnya pun diacungkan untuk meyakinkan sahabatnya itu.
Sementara Shifa membiarkan Nina gelisah menunggu jawaban, dari kejauhan terdengar deru suara motor yang semakin lama semakin dekat, dan akhirnya berhenti di depan mereka.
“Lho kok mbak masih disini,” kata seorang cowok yang mengendarai motor tersebut.
Cowok itu tak lain ialah Dito adik kelas mereka. Shifa pun memandang mencela kemudian ia pun menjawabnya “kamu jadi temen kok nyebelin banget sich Nin, temen sendiri mau ditinggal. Terus kamu, lagian ngapain kamu sok jadi pahlawan mo nganterin aku segala, sadar dong kamu tu masih kecil, mungkin naik motor aja belom bisa, mau sok nganter orang ”
Serentak seluruh mata yang menjangkau tempat itu pun  membelalak, termasuk Ibu Nina yang mulai kesal karena menunggu.
Spontan,Dito pun yang tak menyangka mendapat jawaban akan separah itu tanpa sadar membalasnya dengan teriakan.“Ohh… jadi karna aku adik kelas kamu dan aku masih kamu anggap anak kecil yang belom pecus naik motor nggak boleh nganterin kamu gitu ? Oke lagian aku kok bego banget sich hujan-hujan gini ngeladenin cewek yang nggak tau sopan santun dan terima kasih kayak kamu.”
Shifa pun terdiam mendengar jawaban Dito dan beranjak perg i setelah mengetahi bahwa kakak laki-lakinya menjemputnya.
Dalam hati Nina pun membenarkan perkataan Dito yang bilang bahwa Shifa cewek yang nggak tau makasih. “Buktinya dia meninggalkan aku padahal kan aku dah ngajakin dia bareng, tapi malah pergi gitu aja. Ujarnya lirih. ”
©©©©
Tas dan sepatu pun terlempar begitu saja, begitu juga kemeja yang Nina sebut kemeja imut pun melayang nggak berguna di udara dan jatuh persis jatuh di atas kepala Feanee, kucing kesayangannya yang spontan gelagapan dan memberinya geraman yang mirip dengan dengkuran. Nina kembali teringat dengan peristiwa sore tadi,
“ Coba aku bisa bantu kamu Dit ” pikir Nina
Lamunan Nina pun buyar ketika dia mendengar suara motor Dito yang sangat dikenalnya memasuki halaman rumahnya. Dito melangkahkan kakinya dengan wajah sendu tanpa ada keceriaan sedikitpun terpancar di wajahnya. Melihat wajah Dito pun Nina sedikit tertawa.
“ Dit, ngapain tu muka kamu kok kamu tekuk gitu, baru aja ditagih utang ya ? ” sindir Nina
“ Utang apa, aku mikirin temen kamu yang tadi, sapa sich namanya ? ”  jawab Dito
Nina pun segera mengeyakan dirinya di sofa dan menarik nafas.
“ Shifa maksud kamu Dit? Biasain aja itu telinga denger kata-kata pedas darinya ! ” tanya Nina
“  Biasain ??? emang telingaku ini lubang khusus apa ? lagian kenapa dia sikapnya kayak gitu, cantik-cantik tapi galak ! ” timpal Dito
Nina pun membiarkan dirinya terdiam sejenak agar Dito nggak menanyakan hal yang sama sekali nggak pengen ia jawab, karna ia pun sebenarnya tau bahwa Shifa mencintai Dito dan Ditopun mungkin sekarang sudah mulai tertarik pada Shifa.
“ Wei Nin, ditanya kok malah bengong !! ” seru Dito dan emmbuat Dito tersentak.
“  Dit apa yang kamu bakal lakuin kalo dokter memvonis kamu mengidap penyakit jantung ??!!! ” Nina pun berteriak sekeras mungkin berharap cowok di depannya itu berhenti bertanya
“  jadi tu cewek sakit…jantung ? ” bisik Dito seakan telinga Dito tak bisa menerima kenyataan yang baru saja ia dengar.
©©©©
Sementara di tempat Shifa, tepatnya dikamar yang penuh dengan lukisan bernuansa Arabic Style dan meja di sudut yang diatasnya penuh dengan obat yang tampak berjajar rapi itu, Shifa membuka sebuah buku yang bertuliskan SAY WITH THE GRASS dan membuka halaman yang masih kosong. Ia pun beralih mengambil penanya di ujung mejanya dan meletakkan tangannya diatas buku yang merurut teman-temannya sering disebut DIARY. Tapi lain dengan Shifa yang selalu menganggapnya teman berbagi suka dan dukanya. Dia merenung, dan tampak siap untuk menggoreskan penanya tapi gerakannya berhenti, ia berfikir sejenak dan menuliskan tanpa sedikit pun suara keluar dari mulutnya, WHY I LOVE YOU….my brother ….DITO. tak pernah terpikir dibenak Shifa kalau ia bakal jatuh cinta terhadap adik kelasnya sendiri. Memang dari dulu Shifa sudah punya hati sama Dito, tapi perasaan itu selalu ia pendam dalam hati karena ia selalu berfikir bahwa nggak ada gunanya ia punya perasaan kayak gitu,  toh sebentar lagi ia akan pergi meninggalkan semua, cinta, teman, keluarga dan dunia yang fana. Tak terasa air mata pun telah membasahi pipi Shifa, Shifa tersadar dan membiarkan penanya menari diatas bukunya, sebaris demi sebaris, sebait demi sebait ditulisnya hingga tercipa puisi


Dalam hidup yang begitu singkat ini
Banyak hal yang ingin kulakukan
Kuingin pergi dengan sebuah senyuman
Tanpa diioringi isak tangis yang berkepanjangan
Kuingin tetap diikenang
Menjadi sosok yang selalu dirindukan
Sahabat, keluarga dan cinta
Sebenarnya semua sangat berharga
Namun, tak satupun mampu melawan ketentuan-Nya
Kuhanya hamba-Nya yang lemah
Yang hanya mempu menerima semua dengan tabah
Kuharus jalani sisa waktu yang Dia berikan
Dengan penuh ketegaran


Shifa pun menutup bukunya, kemudian segera beranjak tidur karena ia besok akan pergi ke Malang untuk berobat lagi, jadi ia harus bangun pagi. Sebenarnya ia tidak ingin berpisah dengan teman-temannya dalam waktu yang lama sekitar 5-6 hari, apalagi ia harus meninggalkan pelajaran padahal sebentar lagi ia akan mengikuti UAN, tapi apa boleh buat orang tuanya memaksa.
©©©©
Keesokan harinya disekolah, Dito menemui Nina lagi. Ia bermaksud menanyakan dimana Shifa. Kenapa ia tak masuk, apa ia sakit ??? serta pertanyaan Dito yang lain yang membuat Nina pusing, karna ia terus-terusan ditanya tanpa memberi kesempatan untuk menjawab.
“kamu tu, bertanya apa cerita sich Dit ? kasih aku kesempatan dong buat jawab, jangan ngomel melulu ! ” kata Nina dengan kesal
“ya udah dech, aku minta maaf, abis aku khawatir banget sama dia, sekarang kamu jawab semua pertanyaaanku tadi ! ” jawab Dito dengan tidak sabar
“Gini , Shifa tu diajak ortunya ke Malang buat berobat lagi, karena orang tuanya pengen banget Shifa bisa sembuh, semua pasti tau, nggak ada orang tua yang ngebiarin anaknya sakit kan. ” jawab Nina dengan suara yang semakin rendah.
“ Terus kira-kira berapa hari dia disana, itu berarti ia nggak ikut les buat persiapan UAN dong ? ” tanya Dito lagi.
“ Ya kata orang tuanya 5-6 hari tapi nggak tau jika ada perubahan, so otomatis dia nggak ikut pelajaran ataupun les ”jawab Nina.
Setelah mendengar jawaban dari Nina, Dito pun perg i meninggalkan Nina dengan wajah murung. Ia pergi tanpa sepatah kata keluar dari mulutnya.
©©©©
Satu minggu kemudian
Saat Nina akan berangkat ke sekolah, tiba-tiba Hpnya berbunyi, tanda ada sms masuk. Ternyata sms itu dari Shifa, Nina pun tampak senang karna Shifa hari ini akan masuk sekolah. Ia telah pulang kemarin sore. Segera saja Nina mengirim sms pada Dito tentang Shifa dan berharap Dito senang mendengarnya.
Di sekolah, Dito datang dengan senyum yang menawan, ia kelihatan begitu sangat gembira hari ini. Tak ada yang tau apa yang terjadi pada Dito sehingga ia kelihatan sangat gembira seperti itu.
Berbeda dengan 5 hari belakangan ini. Hanya Ninalah yang tau tentang perasaan Dito. Pada jam istirahat Nina mengajak Shifa pergi ke kantin, lalu ia menceritakan semua tentang Dito selama Shifa tak ada. Shifa sempat terpaku saat Nina mengatakan bahwa Dito pun juga mencintainya, karna ia tau semua itu hanya bakal sia-sia saja. Dan itu semua hanya akan membuat luka di hati Dito jika suatu saat ajal  menjemputnya. Lamunan Shifa buyar ketika Nina mulai mengajak ia bicara
“Apa yang lho lakuin fa?, kalo Dito menyatakan perasaannya ma kamu? Aku sebagai sahabat Cuma bisa ngedukung semua keputusan yang telah kamu ambil, moga itu yang terbaik buat kamu dan buat semuanya” tanya Nina
©©©©

Pulang sekolah Dito tampak tidak begitu senang, hal itu mungkin karna di sekolah tadi Dito tak berhasil bertemu dengan Shifa. Tapi ia tak nyerah sedikitpun, ia ingat bahwa hari ini ada les buat anak-anak kelas IX dan itu berarti Shifa masih belum pulang. Dengan tekad yang sudah bulat, akhirnya Dito langsung menuju ke kelas Shifa, namun ternyata guru les telah masuk ke kelas. Akhirnya pun dengan terpaksa Dito menunggu diluar dengan begitu sabar. Akhirnya saat yang di nantipun tiba, saat guru les melangkah keluar kelas segera saja Dito masuk ke kelas Shifa. Semua anak di kelas itu pun kaget dengan kedatangan Dito padahal mereka tau Dito adalah anak kelas VIII, yang seharusnya tak ada di situ. Tanpa ragu-ragu sedikitpun Dito mendekati Shifa. Kontan saja anak-anak di dalam ruangan itu terkejut dan menatap Dito dengan tatapan aneh. Tapi dasar Dito, ia tak menghiraukan hal itu. Ia pun terdiam sejenak, tak lama ia pun berkata,
“Shifa... mungkin selama ini aku dah banyak bikin kamu kesel tapi asal kamu tau, aku lakuin semua biar aku bisa deket sama kamu, entah kamu percaya apa nggak ma aku. Hari ini dihadapan semua temen-temen les kamu, aku pengen ngungkapin semua perasaan yang udah lama aku pendam di hati. Shifa..... sebenarnya aku sangat menyayangimu, aku ingin melindungimu, aku ingin selalu di dekatmu, melewati suka dan duka hidup bersamamu agar kamu nggak ngrasa hidup sendiri. Biarkan aku menjadi penjaga hatimu Shifa, terimalah cinta yang begitu tulus dari lubuk hatiku yang paling dalam ini, izinkan aku masuk kedalam perjalanan hidupmu Shifa, ku mohon terimalah anak kecil yang mengais cintamu ini, jangan membenciku Shifa karna itu lebih menyakitkan daripada apapun.” ungkap Dito dengan penuh keyakinan
Seketika suasana kelas pun menjadi hening, hanya semilir angin sepoi yang menggugurkan daun-daun kering pohon mangga disekitar ruangan itu. Nina yang masih terbelalak belum percaya jika Dito sampai melakukan hal itu, namun tiba-tiba teman-teman Shifa yang berada di ruangan itu kecuali Nina berteriak cukup keras “ Trima,..........trima,............trima,...............!” serentak semuanya pun mendukung Shifa agar menerima cinta Dito. Akhirnya dalam keadaan terpaksa, tanpa pikir panjang atau memang Shifa juga sudah tak sanggup memendam perasaannya sehingga ia pun mengeluarkan beberapa patah kata.
©©©©
“Baiklah Dito, aku terima cintamu, tapi kuharap itu bukanlah sebuah penyesalan untukmu, jika seseuatu yang buruk terjadi padaku”jawab Shifa
Akhirnya semua teman-teman Shifa termasuk Nina bersorak gembira dan satu persatu mengucapkan selamat buat Shifa dan Dito.
©©©©
Hari-hari berlalu dengan penuh kebahagiaan buat Shifa dan Dito, karna Dito salalu membuat Shifa tertawa lepas tanpa satu beban apa pun. Namun disisi lain Nina justru sangat kecewa karna ia merasa terus diacuhkan oleh Shifa dan Dito. Nina sekarang seakan menjadi individu tunggal yang selalu sendiri, dan selalu kesepian. Tapi disisi lain Nina sadar bahwa ia harus merelakan teman baiknya bahagia. Ia tak mau merenggut kebahagiaan yang mungkin terakhir kalinya dapat dirasakan oleh Shifa sebelum ia pergi untuk selama-lamanya.
Saat jadwal ujian praktek diumumkan, anak-anak kelas IX sangat khawatir, perasaan takut dan cemas pun mereka rasakan. Namun Shifa terlihat lebih sedih daripada teman-temannya yang lain. Shifa takut jika ia tak mampu lolos ujian praktek tersebut karena semenjak ia sakit, ia sering sekali meninggalkan pelajaran di kelas dan jarang mengikuti les. Namun Dito selalu memberi semangat Shifa untuk terus berusaha dan mencoba tanpa ada kata menyerah. Akhirnya Shifa dapat melewati ujian praktek dengan cukup baik sama seperti teman-temannya yang lain.
©©©©
Pagi itu, sebelum  berangkat ke sekolah Shifa merasa dirinya tidak begitu baik. Ia merasa berat untuk meninggalkan rumah, orang tuanya , juga adik laki-lakinya yang masih duduk di bangku SD tepatnya kelas 1. Namun karena hari ini sekolah mengadakan Try Out untuk terakhir kalinya sebelum UAN tiba, akhirnya Shifa memaksakan diri untuk masuk sekolah. Sebelum itu, Shifa meminta Ibunya untuk melepas perhiasan yang ia pakai, yaitu anting dan kalungnya. Ia takut jika barang berharga itu hiang. Padahal dulu Shifa adalah orang yang paling suka memakai perhiasan dan enggan untuk melepasnya. Ibu Shifa pun mulai bertanya-tanya dalam hati, namun karna ia tak ingin membuat Shifa kecewa dan sedih tanpa berfikir panjang, anting dan kalung  yang dipakai Shifa dilepasnya.  Langsung saja Shifa berpamitan kepada orang tuanya.
“Ayah…..,Ibu…., doain Shifa ya, semoga Tuhan masih memberi kesempatan dan waktu lebih panjang lagi, sampai Shifa bisa membalas semua jasa Ayah dan Ibu yang udah melahirkan, membesarkan dan mendidik Shifa sampai kayak gini. Shifa berharap lahirnya Shifa di dunia ini bukan suatu penyesalan buat Ayah dan Ibu. Maafkan juga atas semua kesalahan yang pernah Shifa lakukan. Shifa pengen banget jadi anak kebanggaan Ayah dan Ibu.” Kata Shifa
“Ya Shifa kamu harus percaya bahwa Tuhan akan mengabulkan semua keinginanmu. Dia akan memberi kepada hamba-Nya yang meminta jadi kamu harus selalu berdoa kepada-Nya” jawab Ayah Shifa dengan penuh ketegaran.
Namun Ibu Shifa tak dapat menahan air matanya, ia pun tak dapat berucap sepatah kata pun dan membiarkan Shifa berangkat setelah mencium tangannya.
Di sekolah Nina sengaja berada di belakang Shifa yang baru saja turun dari bus umum. Ia ingin mengagetkan Shifa dengan sedikit hentakan. Namun Dito yang ternyata juga berada di belakang Nina, mencegahnya. Ia takut sampai terjadi apa-apa pada Shifa. Ternyata benar, tanpa mendapat hentakan dari Nina, Shifa sudah lemas dan jatuh ke lantai sesaat sebelum ia meng injakan kakinya di dalam kelas. Nina hanya diam terpaku, ia masih tercengang melihat Shifa tergeletak tak berdaya di lantai. Dito pun yang mengetauinya tanpa pikir panjang langsung mengangkat Shifa dan melarikannya ke UKS, Tapi tetap saja Nina tak berbuat apa-apa. Ia masih berdiri tegak di tempat itu, sampai salah seorang temannya menegurnya.
“apa yang terjadi dengan Shifa, Nin?” tanyanya.
Namun Nina tak menjawab, ia langsung berlari menuju UKS dan membiarkan beberapa buku yang dipegangnya jatuh berantakan ke lantai.
Di UKS, Dito dan Nina berusaha menyadarkan Shifa yang masih pingsan. Namun semua cara sudah mereka lakukan dan hasilnya Shifa tak membuka matanya sedikitpun. Dito merasa darahnya mengalir deras, jantungnya pun berdetak cepat, tubuhnya dingin seakan membeku. Begitu juga dengan Nina, ia mengeluarkan keringat dingin dan wajahnya memucat. Mereka  seakan sudah tak dapat berbuat apa-apa. Akhirnya seorang teman Nina segera menuju ke ruang TU dan menelfon salah seorang guru. Memang pagi itu belum ada satu orang guru pun yang datang, mungkin para guru sengaja datang lebih siang karena hari itu KBM tak berlangsung seperti biasanya. 
Beberapa menit kemudian, seorang guru datang dan memeriksa keadaan Shifa. Ia mengatakan bahwa Shifa harus di bawa ke rumah sakit. Dito dan Nina pun bersikeras untuk ikut ke rumah sakit, namun tidak diperbolahkan, mereka harus tetap berada di sekolah.
“Kalian semua berdo’a saja untuk kesembuhan Shifa. Kosentrasi saja ke pelajaran tidak akan terjadi apa-apa dengan Shifa” kata guru itu dengan beg itu yakin
Namun Dito tidak bisa diam begitu saja akhirnya ia pun meminjam salah satu motor temannya dan langsung mengejar mobil yang membawa Shifa. Karana kurang hati-hati dan terlalu kencang mengendarai motor, tiba-tiba Dito menabrak sebuah bus yang sedang berhenti untuk menurunkan penumpang. Darah mengalir cukup banyak dari kening dan hidung Dito. Orang-orang pun segera membawa Dito yang masih pingsan ke puskemas terdekat. Setelah sadar Dito teringat Shifa, dengan kepala berbalut perban Dito memaksakan diri lari dan menaiki motor yang sudah rusak karna kecelakaan tadi. Dengan menahan rasa sakit, akhirnya ia tiba di rumah sakit. Namun alangkah buruk nasib yang dialami Dito, disana ia telah disambut dengan isak tangis guru yang mengantar Shifa.
Dito yang  baru datang dan tidak tahu apa-apa dengan perasaan gelisah bertanya “Gimana keadaan Shifa? Ia baik-baik saja kan?” namun Dito tak mendapat jawaban apapun.
“Kenapa pertanyaanku tadi nggak dijawab, apa yang sebenarnya terjadi?” teriak Dito
Karena kesal Dito langsung masuk ke dalam salah satu kamar yang ditempati Shifa. Disana ia melihat sekujur tubuh Shifa ditutup dengan kain, itu berarti...?? pikiran Dito pun melayang jauh keman-mana.
“ Nggak....,nggak..., mungkin” teriak Dito
“ Bangunlah Shifa! Ini aku Dito,….. bicaralah Shifa! Ucapkan satu kata saja untukku! Kau nggak akan ninggalin aku kan, Fa?!!.... Buka mata kamu Shifa!.. Jangan biarkan aku sendiri, Fa.” tanya Dito tanpa henti.
“ Kau belum mengatakan salam perpisahan buat aku Shifa, kau jahat,Fa.” teriak Dito dengan air mata yang sudah hampir bercucuran menetes ke pipinya.
Akhirnya tertutuplah mata Shifa untuk selama-lamanya, ia akan beristirahat dengan tenang disana dipangkuan Tuhan, meninggalkan dunia, sahabat, cinta, dan keluarganya yang begitu menyayang inya.
Tak berbeda dengan Dito, Nina yang mendengar berita itu tak mampu mengeluarkan sepatah katapun, seakan seluruh tubuhnya dihimpit batu besar yang membuatnya seakan sulit bernafas. Akhirnya ia pun lemas dan jatuh ke lantai.
Setelah sadar, ia langsung diantar orang tuanya kerumah Shifa sekalian untuk ta’ziyah. Disana ia melihat Dito yang sedang melamun, matanya pun masih berkaca-kaca.
“ Dit sabar ya, ini semua cobaan buat kita. Hidup dan mati manusia hanya Tuhan yang tahu, kita hanya cukup berusaha dan berdoa. Percayalah semua ketentuan-Nya adalah yang terbaik untuk kita” kata Nina menghibur hati Dito yang sedang kelam.
Sesaat kemudian Dito berbisik lirih “I CAN’T FORGET U, Shifa. I Love You Ferever. Hiduplah tenang disana. Doa kami yang akan membimbingmu.”


















0 komentar:

Posting Komentar

 

Simfoni cerita si gadis rambut keriting Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template